Ketum DPP LDII Ajak Jadikan Idul Fitri untuk Benahi Demokrasi dan Akhlak Bangsa

Bogor (1/4) – Ketua Umum DPP LDII KH Chriswanto Santoso menegaskan bahwa Idul Fitri merupakan momentum untuk mengingat kembali esensi demokrasi Indonesia sebagai demokrasi gotong-royong, bukan demokrasi liberal. Dalam sistem ini, perselisihan tidak diselesaikan dengan konfrontasi, melainkan dengan musyawarah untuk menghasilkan keputusan yang dapat diterima oleh seluruh rakyat Indonesia.

“Demokrasi Indonesia bukan demokrasi bebas menghujat, tetapi demokrasi yang merekonstruksi bersama kebijakan yang tidak selaras dengan kepentingan umum,” ujar KH Chriswanto Santoso dalam pernyataannya menyambut Idul Fitri 1446 H.

Ia menekankan bahwa demokrasi di Indonesia berlandaskan Pancasila, yang menjunjung tinggi gotong-royong, saling menghargai, menghormati, dan memiliki tepo seliro. Nilai-nilai ini memastikan bahwa kepentingan umum lebih diutamakan daripada kepentingan individu atau golongan tertentu.

KH Chriswanto juga mengingatkan bahwa sejarah mencatat dampak buruk dari perselisihan yang tidak terselesaikan secara damai, seperti krisis moneter 1998 yang menjurus pada krisis sosial. Oleh karena itu, ia mengajak masyarakat untuk menjadikan Idul Fitri sebagai kesempatan untuk saling memaafkan dan membersihkan hati dari dendam serta kebencian.

“Rasulullah SAW pernah mengingatkan bahwa penyakit umat terdahulu telah merambah kepada kita, yaitu dengki dan kebencian, yang akan mencukur habis amal baik kita,” tambahnya. Ia mengutip Surat Al Hasyr ayat 10 yang mengajarkan pentingnya menjaga hati dari kedengkian sebagai doa dan usaha bersama dalam menjaga persatuan bangsa.

Selain itu, KH Chriswanto menyoroti fenomena negatif di media sosial, di mana banyak masyarakat Indonesia dikenal sebagai netizen yang kurang sopan. “Kita harus mengingat bahwa mencaci maki adalah perilaku jahat. Jika cacian dibalas dengan cacian, maka kita juga berperilaku jahat. Inilah yang membuat demokrasi kita terasa panas tanpa solusi,” tegasnya.

Ia pun mengajak seluruh elemen bangsa untuk menjadikan Idul Fitri sebagai ajang refleksi dan perbaikan diri demi masa depan bangsa. “Marilah jadikan media sosial sebagai sumber pahala, bukan tempat untuk caci maki, provokasi, ghibah, dan namimah,” pungkasnya.

Dita Lines

Learn More →

Leave a Reply