Menko PMK Muhadjir Effendy Beri Materi Pengembangan SDM di Ponpes Al Ubaidah, Nganjuk

Nganjuk (16/6). Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy, memberikan pembekalan kepada peserta diklat dan tes calon muballigh-muballighot di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Ubaidah, Kertosono, Nganjuk, Jawa Timur, pada Sabtu (15/6). Ia menyampaikan materi terkait pengembangan sumberdaya manusia pada pendidikan pondok pesantren.

Menko Muhadjir menjelaskan bahwa pondok pesantren merupakan sistem pendidikan di Indonesia yang sudah ada jauh sebelum adanya kemerdekaan. “Sistem pendidikan di Indonesia pada mulanya ialah pondok pesantren,” ujarnya. Pada masa kepemimpinan Presiden Jokowi pondok pesantren mengalami perubahan yang sangat besar, yaitu ditandai dengan disahkannya Undang-Undang tentang Pesantren. Pesantren saat ini tidak hanya untuk pendidikan agama, tapi juga pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam ilmu keduniaan.

“Pondok pesantren saat ini harus memberikan keterampilan serta pengetahuan umum bagi para santrinya. Karena pondok pesantren itu tidak hanya mencetak manusia untuk syiar agama, tetapi juga mencetak manusia yang memiliki keterampilan dan pengetahuan yang luas, guna membatu masyarakat menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” ujar Muhadjir.

Menurut Menko Muhadjir, pesantren binaan LDII adalah salah satu pesantren yang menggunakan pengembangan cara belajar secara inklusif, yaitu tidak melulu ilmu agama, tetapi juga diimbangi dengan ilmu dunia yang disesuaikan menurut minat dan bakat santri. “Dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa kita itu harus imbang antara agama dan keduniaan, tidak boleh berat sebelah, harus mengejar kejayaan di dunia juga di akhirat,” tuturnya.

Ia mengatakan, saat ini pondok pesantren juga harus mengikuti perkembangan teknologi yang ada, jangan sampai tertinggal dari perkembangan ilmu di luar sana. Ia berpesan pada santri, “Jangan sampai kalian merasa puas hanya dalam menuntut ilmu agama tanpa mengejar ilmu dunia,” ucap Menko Muhadjir.

Selain itu, ia mengingatkan santri untuk memperbanyak sholat tahajud, sebab akan banyak sekali keutamaan yang didapatkan. Ia menjelaskan, dalam surah Al-Isra’ Ayat 77-79, secara eksplisit bahwa sholat malam adalah ibadah sunah yang sangat dianjurkan. “Saya mendoakan semoga diantara santri ini nantinya ada yang menjadi menteri, presiden, atau pejabat negara yang bisa amanah dengan berlandasan ilmu Al-Qur’an dan sunah Rasulullah SAW,” ujar Muhadjir.

Pada kesempatan itu, ia mengapresiasi para Tahfidz Al-Qur’an dan para santri yang telah berani menjawab pertanyaan yang diberikan. Ia juga memberikan bantuan berupa alat olahraga serta sumbangan hewan kurban untuk para santri Ponpes Al Ubaidah.

Sementara itu, Ketua DPP LDII, Ardito Bhinadi, memaparkan bahwa Ponpes Al Ubaidah ini merupakan tempat tes terakhir dari Pondok Pesantren binaan LDII yang ada di seluruh Indonesia. “Para santri yang diberangkatkan dari pondoknya masing-masing akan menjalani diklat selama satu bulan di Ponpes Wali Barokah, Kota Kediri, dilanjut satu bulan di Ponpes Al Ubaidah, Kertosono” jelas Ardito Bhinadi.

Setiap bulannya terdapat 600 hingga 1.000 santri yang mengikuti diklat dan tes calon muballigh-muballighoh di Ponpes Al Ubaidah. Setelah lulus tes, santri akan di tugaskan ke pelosok-pelosok daerah untuk syiar ilmu agama serta bekerja atau dikembalikan ke pondoknya masing-masing untuk melanjutkan studinya. “Santri di pondok binaan LDII ini berasal dari santri pondok reguler, para pelajar yang ada di boarding school dan para mahasiswa,” terangnya.

Selain itu, ia menjelaskan untuk mendukung program pemerintah dalam mencegah stunting, “LDII melakukan pembinaan sejak dini dengan memberikan literasi kesehatan dan pembekalan bagi santri perempuan yang akan kami tugaskan ke seluruh pelosok daerah,” tutur Ardito Bhinadi.

Selain itu Menko Muhadjir Effendy juga meninjau upaya pencegahan stunting di Posyandu As-Syifa Ponpes Al Ubaidah. Menko Muhadjir mengecek langsung proses pengukuran bayi dan balita yang dilakukan oleh para kader Posyandu As-Syifa, mulai dari pengukuran lingkar kepala, tinggi badan, dan berat badan. Selain itu, dia juga memantau pencatatan perkembangan tumbuh dan kembang anak dan melihat proses konsultasi gizi setelah melakukan pengukuran serta pencatatan dan pelaporan di posyandu. “Untuk pengukuran dan penimbangan balita dilakukan serempak secara nasional dengan melibatkan 338 ribu posyandu seluruh Indonesia,” ujar Muhadjir.

Capaian pencegahan stunting menurut Menko Muhadjir masih sekitar 30 persen, oleh karena itu ia berharap masing-masing pemerintah provinsi dan kabupaten-kota, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) di masing-masing daerah supaya mempercepat penimbangan dan pengukuran balita di seluruh Posyandu. Dengan demikian akhir Juni diharapkan mencapai minimum 90 persen dari total populasi balita dan jumlah Posyandu yang ada. “Target itu tidak akan tercapai jika hanya melibatkan satu pihak. Mari kita semua pemangku kepentingan untuk saling bekerja sama dalam mengentaskan stunting di Indonesia, termasuk diantaranya peran dari pondok pesantren cukup signifikan,” ujar Muhadjir Effendy.

Dita Lines

Learn More →

Leave a Reply